Kecamatan Proppo merupakan salah satu lokasi pelaksanaan Program
SToPS di Kab. Pamekasan. Di kecamatan tersebut terdapat 4 desa sasaran, yaitu :
Desa Pangbatok, Desa Candiburung, Desa Badung dan Desa Klampar. Kecamatan
Proppo juga merupakan salah satu wilayah Proyek WSLIC-2.
Bapak Syaiful Mustajab. Beliau adalah salah seorang fasilitator
terbaik yang dimiliki Kab. Pamekasan. Beliau aktif dalam pelaksanaan program,
mulai dari proses trigerring hingga monitoring. Ketika diminta oleh pihak
Dinkes Kab. Pamekasan untuk mencari desa termudah sebagai lokasi sasaran,
beliau malah memilih desa yang tersulit. Harapannya jika desa yang tersulit itu
ODF, maka desa-desa yang lain akan lebih mudah penanganannya sehingga status
ODF lebih cepat menular.
Jika dibandingkan dengan keterlibatannya dalam Proyek WSLIC-2,
beliau merasa lebih enjoy melaksanakan Program SToPS. Karena beliau merasa
sebagai ujung tombak, merasa dibutuhkan dan merasa dihargai, sehingga beliau
lebih all out melaksanakan tugasnya. Karena seringnya melakukan monitoring
SToPS di desa, Pak Syaiful Mustajab mendapatkan nama baru dari masyarakat,
yaitu : “Pak Jumbleng”. Rupanya warga lebih familiar dengan nama tersebut.
Menurut banyak orang, nama adalah doa. Seseorang diharapkan memiliki
sifat sesuai dengan namanya. Tetapi dengan nama baru Pak Jumbleng, tentunya
nama itu tidak bisa diartikan secara harfiah, karena nama tersebut mengandung
konotasi negative, yaitu : lubang tai. Akan lebih bijak jika nama baru itu kita
resapi maknanya. Apabila dikaitkan dengan doa, tentunya kita berharap dengan
menyebut nama Pak Jumbleng masyarakat selalu ingat untuk merubah perilaku BAB
mereka menjadi lebih sehat dan higienis.
Seandainya dalam masyarakat kita muncul figure-figur pejuang seperti
Pak Syaiful Mustajab alias pak Jumbleng, tentu tugas kita untuk merubah
perilaku warga akan jauh lebih ringan. Meskipun pejuang-pejuang tersebut harus
rela mendapatkan nama baru. Seperti Pak Jumbleng.
0 komentar:
Posting Komentar