Desa Bandang Laok terletak di pelosok
Kab. Bangkalan, tepatnya di Kec. Kokop. Desa ini berjarak sekitar 50 km dari
ibukota Kabupaten dan terdiri dari 4 (empat) dusun, yaitu Dusun Longkak,
Baktalbak, Mangar dan Sereseh. Desa Bandang Laok memiliki penduduk sebanyak
1379 KK dengan akses sanitasi awal sebesar 33,36 %. Desa ini merupakan lokasi
sasaran Program SToPS hasil penunjukan langsung Dinkes dan Kepala Puskesmas
Kokop.
Pemicuan di desa ini dilakukan pada
tanggal 16 April 2008 oleh tim fasilitator kecamatan dan kabupaten. Pemicuan
pertama kali dilakukan di Dusun Longkak (akses sanitasi awal 19,04 %).
Masyarakat memiliki kebiasaan BAB di sungai dan tanah lapang. Ketika pemicuan
berlangsung, sempat terjadi perdebatan antar warga, karena ada warga yang merasa
terganggu dengan kebiasaan buruk tetangganya. Terlebih lagi pada tahun 2006
terjadi wabah polio di desa ini. Bahkan hasil riset WHO mengklaim bahwa wabah
polio di Kab. Bangkalan barasal dari Kec. Kokop, termasuk Desa Bandang Laok.
Akhirnya ada 2 orang yang terpicu, bernama Pak Urip dan Pak Sholeh. Mereka
sanggup berubah dan membangun jamban dalam waktu 2 minggu.
Dua minggu kemudian terdengar kabar
bahwa Dusun Longkak hampir ODF. Kabar yang menggembirakan tentunya. Segera saja
saya selaku DF Bangkalan meluncur ke Desa Bandang Laok pada tanggal 6 Mei 2008 untuk
melakukan monitoring dan pertemuan dengan aparat desa, tokoh agama dan tokoh
masyarakat. Dari hasil pertemuan terbangun komitmen bahwa warga Desa Bandang
Laok akan mencapai status ODF sebulan kemudian, yaitu tanggal 6 Juni 2008.
Rupanya masyarakat tergerak karena selama ini mereka dianggap masyarakat
terbelakang di Kab. Bangkalan. Hampir semua pihak menganggap bahwa program atau
proyek apapun yang dilaksanakan di desa tersebut tidak akan berhasil. Untuk mengubah
image itu, masyarakat menggunakan Program SToPS sebagai jembatan untuk
membuktikan eksistensinya.
Setelah pertemuan tersebut, pemicuan
di dusun-dusun dilakukan oleh tim fasilitator kecamatan dan natural leader
Dusun Longkak. Bahkan natural leader dusun tersebut juga ikut melakukan
pemicuan di desa lain di Kec. Kokop, yaitu di Desa Mano’an dan Batokorogan.
Monitoring dilakukan oleh natural
leader yang juga merupakan kader Desa Siaga. Khusus Dusun Longkak, tim
monitoring desa terdiri dari 5 (lima) orang, yaitu Sholeh, Zaky, Busilan,
Makruf dan diketuai oleh Ustad Umar Faruq. Mereka melakukan monitoring hampir
setiap hari. Masing-masing orang memantau beberapa rumah di sekitar rumah
mereka. Setiap 2 (dua) hari sekali mereka berkumpul di suatu tempat untuk
melakukan evaluasi dan melaporkan hasil sekaligus melakukan refleksi. Berbagai
macam cara mereka lakukan untuk mempercepat ODF, antara lain membicarakan
pentingnya jamban dimanapun dan kapanpun mereka berada dan bertemu orang lain.
Selain itu jika ada tetangganya yang masih BAB di sembarang tempat, mereka
menyebut orang tersebut dengan panggilan “VIRUS”.
Permasalahan yang dihadapi warga
tidak sedikit. Salah satunya adalah kondisi tanah yang berbatu padas (batu
bertanah). Terpaksa mereka melubangi batu berdiameter 75 cm tersebut dengan
gancu, dan tepian batu digunakan sebagai pijakan. Permasalahan lain yaitu
adanya satu orang warga (natural leader tidak mau menyebutkan namanya pada
saya, sebut saja “Pak Off The Record”) yang ngeyel tidak mau membangun karena
dianggap program ini memberikan subsidi dan dana program dikorupsi oleh kader.
Para kader tidak mau menerima bantuan saya dalam menyadarkan “Pak Off The
Rcord”. Mereka ingin mengatasinya sendiri. Ternyata permasalahan si Bapak
adalah tidak adanya lahan untuk membangun, padahal istrinya sudah merengek
minta dibuatkan jamban. Jalan keluarnya, tetangga sebelahnya menghibahkan
tanahnya untuk membangun jamban.
Tim fasilitator kecamatan juga
melakukan pemicuan di SD. Hasilnya banyak siswa yang terpicu, bahkan siswa
kelas VI bergotong-royong dengan temannya menggali lubang karena ingin ibunya
memiliki jamban. Warga desa juga membangun jamban dengan cara gotong royong,
termasuk jamban untuk warga janda.
Permasalahan tidak cukup sampai
disini saja. Pada monitoring hari terakhir(6 Juni 2008), kader sempat merasa
ketakutan karena ada seorang warga tetangga Pak Kades yang mengacungkan celurit
karena merasa malu dan marah. Harapan kader untuk deklarasi pun hampir pupus.
Tak disangka-sangka ketika tim sudah pulang dia langsung menggali dan keesokan
paginya, sudah terdapat galian setinggi leher orang dewasa di belakang
rumahnya.
Para kader pun melakukan persiapan. Membersihkan
lapangan tempat deklarasi, berlatih pertunjukan seni, spanduk dan papan
peringatan, mengundang semua pihak dari tingkat Muspika Kec. Kokop, Dinkes Kab.
Bangkalan, hingga media (Radio Amanna FM, Radar Madura dan JTV). Bantuan pun
mengalir, berupa sound system, musik hadrah, gambus, pencak silat, hingga
sembako dan makanan untuk konsumsi deklarasi.
Akhirnya pada tanggal 9 Juni 2008
dilaksanakan Deklarasi ODF Desa Bandang Laok di sebuah lapangan. Acara tersebut
merupakan gabungan deklarasi 2 (dua) desa, yaitu Desa Bandang Laok dan Desa
Batokorogan. Berbagai spanduk dan papan peringatan dipasang di berbagai sudut
jalan desa. Pesta rakyat pun digelar. Seluruh warga tumplek blek di lapangan
merayakan deklarasi ODF. Berbagai pertunjukan seni disajikan, yaitu musik
hadrah, gambus dan pencak silat dari Perguruan Setia Hati Terate. Begitu juga
diceritakan pengalaman perjalanan masyarakat menuju ODF desa. Bahkan warga
menciptakan lagu berjudul “Bandang Laok ODF”. Syair lagu adalah sebagai berikut
:
“BANDANG LAOK ODF”
*Bertujuan
mengembangkan
Menyehatkan
masyarakat
Masyarakat
Bandang Laok
Dusun
Longkak dan Baktalbak
Dusun
Mangar dan Sereseh
Open
Defecation Free
Reff : Kesehatan masyarakat
Terpenting
dan terutama
Untuk
kejayaan kita
Sehat
dalam beribadah
Ikuti
peraturannya
Program
SToPS CLTS
Undang-undang
pemerintah
Untuk
kesehatan kita (kembali ke *)
Wahai
muslimin dan muslimat
Jika
kau ingin selamat
Menjadi
umat yang sehat
Benar
dalam berprilaku
Sayang sekali dr. Fachrurozy,
Kadinkes Bangkalan yang ditunggu-tunggu warga datang terlambat. Di tengah
acara, di saat warga menunggu kedatangan beliau, hujan turun deras sekali. Media
yang diundang juga batal datang, karena meliput peristiwa pembunuhan di Kec.
Kamal. Tetapi dengan penuh semangat, mereka tetap melangsungkan acara. Kadinkes
beserta rombongan pun datang. Tibalah acara pembacaan naskah deklarasi yang rencananya
akan dibacakan oleh Samsul (beliau adalah seorang yang cacat kaki, tetapi tidak
mengurangi semangatnya untuk menjadi promotor). Sayang sekali pada saat yang
sama listrik padam, mikrophone pun tidak berfungsi. Dengan penuh semangat
seluruh warga membaca naskah deklarasi secara bersama-sama :
KAMI, WARGA DESA BANDANG LAOK
MENYATAKAN TELAH BEBAS DARI ATAEH DI SEMBARANG TEMPAT. JIKA KAMI MELANGGAR
PERATURAN KAMI SIAP DIKENAKAN SANKSI APAPUN
BANDANG LAOK, 9 JUNI 2008
Seluruh undangan dan warga bertepuk
tangan. Kadinkes terpaksa turun dari panggung dan menuju ke arah tenda warga.
Beliau langsung naik ke atas meja agar seluruh warga bisa mendengar pidatonya.
Beliau bangga pada masyarakat. Masyarakat terbukti mampu berubah. Hal ini
mengejutkan banyak pihak. Beliau berjanji pada warga, jika nanti ada program
ataupun proyek akan diprioritaskan untuk warga Desa Bandang Laok. Keterkejutan juga dialami jajaran Muspika
Kec. Kokop. Mereka yang selama ini tidak pernah dilibatkan, tiba-tiba mendapat
kabar menggembirakan mengenai ODF desa tersebut.
Pembacaan Ikrar Deklarasi |
Acara pun usai. Di jalan depan
lapangan tersebut tampak spanduk bertuliskan “KAMI WARGA BANDANG LAOK BERHASIL MEMBANGUN 446 UNIT JAMBAN DALAM WAKTU
30 HARI TANPA SUBSIDI DARI PEMERINTAH”. Hari itu merupakan titik balik
warga Desa Bandang Laok menuju hidup baru. Hidup yang bersih, sehat dan nyaman.
Mereka berhasil meyakinkan semua pihak bahwa mereka mampu. Image masyarakat
terbelakang pun seketika tumbang. Mereka bangga atas hasil yang mereka peroleh.
Masyarakat Desa Bandang Laok mampu membangunkan banyak pihak dari tidur
panjangnya.
Program SToPS berhasil membuktikan
diri mampu menjembatani masyarakat menuju kualitas hidup yang lebih baik.
Gebrakan masyarakat Desa Bandang Laok merupakan salah satu reward bagi program
dan para pelaku program, sekalipun selama ini Program SToPS dianggap melawan
arus oleh banyak pihak.
RESEP KEBERHASILAN DESA BANDANG LAOK
1.
Puskesmas
membentuk tim fasilitator yang tangguh. Tim ini beranggotakan Kepala Puskesmas
(dr. Zainal Abidin, 08123133403) dan semua Bidan desa di Kec. Kokop (13 orang
bidan)
2.
Tim
ini melakukan pemicuan, monitoring dan verifikasi ODF secara door to door
setiap 3 hari sekali. Setiap kegiatan diikuti oleh semua anggota tim
3.
Jika
ada permasalahan, Kades langsung turun tangan, juga Kepala Puskesmas
Pasukan Huru Hara Desa Bandang Laok |
4.
Bidan
Dwining (Bidan Desa Bandang Laok, 081331411357) merupakan seseorang yang
berdedikasi tinggi, tidak mudah putus asa dan selalu menyiapkan alternatif
solusi dan terobosan
5.
Dr.
Zainal Abidin selaku Kepala Puskesmas sejak lama memiliki meanisme reward.
Posyandu yang berhasil maupun yang tidak mendapatkan apresiasi berupa reward
& punishment
6.
Dr.
Zainal memiliki hubungan yang baik dengan seluruh anggota Muspika (meskipun
Muspika tidak dilibatkan)
7.
Semangat
dan dedikasi yang tinggi semua anggota tim dalam memajukan masyarakat
8.
Natural
leader dan masyarakat yang mempunyai semangat yang tinggi untuk berubah dengan
cepat meskipun banyak hambatan yang mereka temui.
9.
Monitoring
yang dilakukan secara gencar dan terus-menerus (door to door) ditunjang
verifikasi ODF
10.
Budaya
gotong-royong yang masih kental
11.
Adanya
tokoh panutan di masyarakat
12.
Wabah
polio yang pernah melanda warga desa.
13.
Sanksi
sosial yang diberlakukan warga (sebutan “VIRUS”)
14.
Kerjasama
yang kuat antara kader, masyarakat, TOGA, TOMA, perangkat desa, tim fasilitator
kecamatan dan Bidan Desa.
15.
Image
negatif yang selama ini disandang masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar