Kamis, 05 September 2013

Gebrakan Warga Desa Bandang Laok



Desa Bandang Laok terletak di pelosok Kab. Bangkalan, tepatnya di Kec. Kokop. Desa ini berjarak sekitar 50 km dari ibukota Kabupaten dan terdiri dari 4 (empat) dusun, yaitu Dusun Longkak, Baktalbak, Mangar dan Sereseh. Desa Bandang Laok memiliki penduduk sebanyak 1379 KK dengan akses sanitasi awal sebesar 33,36 %. Desa ini merupakan lokasi sasaran Program SToPS hasil penunjukan langsung Dinkes dan Kepala Puskesmas Kokop.
Pemicuan di desa ini dilakukan pada tanggal 16 April 2008 oleh tim fasilitator kecamatan dan kabupaten. Pemicuan pertama kali dilakukan di Dusun Longkak (akses sanitasi awal 19,04 %). Masyarakat memiliki kebiasaan BAB di sungai dan tanah lapang. Ketika pemicuan berlangsung, sempat terjadi perdebatan antar warga, karena ada warga yang merasa terganggu dengan kebiasaan buruk tetangganya. Terlebih lagi pada tahun 2006 terjadi wabah polio di desa ini. Bahkan hasil riset WHO mengklaim bahwa wabah polio di Kab. Bangkalan barasal dari Kec. Kokop, termasuk Desa Bandang Laok. Akhirnya ada 2 orang yang terpicu, bernama Pak Urip dan Pak Sholeh. Mereka sanggup berubah dan membangun jamban dalam waktu 2 minggu.
Dua minggu kemudian terdengar kabar bahwa Dusun Longkak hampir ODF. Kabar yang menggembirakan tentunya. Segera saja saya selaku DF Bangkalan meluncur ke Desa Bandang Laok pada tanggal 6 Mei 2008 untuk melakukan monitoring dan pertemuan dengan aparat desa, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Dari hasil pertemuan terbangun komitmen bahwa warga Desa Bandang Laok akan mencapai status ODF sebulan kemudian, yaitu tanggal 6 Juni 2008. Rupanya masyarakat tergerak karena selama ini mereka dianggap masyarakat terbelakang di Kab. Bangkalan. Hampir semua pihak menganggap bahwa program atau proyek apapun yang dilaksanakan di desa tersebut tidak akan berhasil. Untuk mengubah image itu, masyarakat menggunakan Program SToPS sebagai jembatan untuk membuktikan eksistensinya.
Setelah pertemuan tersebut, pemicuan di dusun-dusun dilakukan oleh tim fasilitator kecamatan dan natural leader Dusun Longkak. Bahkan natural leader dusun tersebut juga ikut melakukan pemicuan di desa lain di Kec. Kokop, yaitu di Desa Mano’an dan Batokorogan.
Monitoring dilakukan oleh natural leader yang juga merupakan kader Desa Siaga. Khusus Dusun Longkak, tim monitoring desa terdiri dari 5 (lima) orang, yaitu Sholeh, Zaky, Busilan, Makruf dan diketuai oleh Ustad Umar Faruq. Mereka melakukan monitoring hampir setiap hari. Masing-masing orang memantau beberapa rumah di sekitar rumah mereka. Setiap 2 (dua) hari sekali mereka berkumpul di suatu tempat untuk melakukan evaluasi dan melaporkan hasil sekaligus melakukan refleksi. Berbagai macam cara mereka lakukan untuk mempercepat ODF, antara lain membicarakan pentingnya jamban dimanapun dan kapanpun mereka berada dan bertemu orang lain. Selain itu jika ada tetangganya yang masih BAB di sembarang tempat, mereka menyebut orang tersebut dengan panggilan “VIRUS”.
Permasalahan yang dihadapi warga tidak sedikit. Salah satunya adalah kondisi tanah yang berbatu padas (batu bertanah). Terpaksa mereka melubangi batu berdiameter 75 cm tersebut dengan gancu, dan tepian batu digunakan sebagai pijakan. Permasalahan lain yaitu adanya satu orang warga (natural leader tidak mau menyebutkan namanya pada saya, sebut saja “Pak Off The Record”) yang ngeyel tidak mau membangun karena dianggap program ini memberikan subsidi dan dana program dikorupsi oleh kader. Para kader tidak mau menerima bantuan saya dalam menyadarkan “Pak Off The Rcord”. Mereka ingin mengatasinya sendiri. Ternyata permasalahan si Bapak adalah tidak adanya lahan untuk membangun, padahal istrinya sudah merengek minta dibuatkan jamban. Jalan keluarnya, tetangga sebelahnya menghibahkan tanahnya untuk membangun jamban.
Tim fasilitator kecamatan juga melakukan pemicuan di SD. Hasilnya banyak siswa yang terpicu, bahkan siswa kelas VI bergotong-royong dengan temannya menggali lubang karena ingin ibunya memiliki jamban. Warga desa juga membangun jamban dengan cara gotong royong, termasuk jamban untuk warga janda.
Permasalahan tidak cukup sampai disini saja. Pada monitoring hari terakhir(6 Juni 2008), kader sempat merasa ketakutan karena ada seorang warga tetangga Pak Kades yang mengacungkan celurit karena merasa malu dan marah. Harapan kader untuk deklarasi pun hampir pupus. Tak disangka-sangka ketika tim sudah pulang dia langsung menggali dan keesokan paginya, sudah terdapat galian setinggi leher orang dewasa di belakang rumahnya.
Para kader pun melakukan persiapan. Membersihkan lapangan tempat deklarasi, berlatih pertunjukan seni, spanduk dan papan peringatan, mengundang semua pihak dari tingkat Muspika Kec. Kokop, Dinkes Kab. Bangkalan, hingga media (Radio Amanna FM, Radar Madura dan JTV). Bantuan pun mengalir, berupa sound system, musik hadrah, gambus, pencak silat, hingga sembako dan makanan untuk konsumsi deklarasi.
Akhirnya pada tanggal 9 Juni 2008 dilaksanakan Deklarasi ODF Desa Bandang Laok di sebuah lapangan. Acara tersebut merupakan gabungan deklarasi 2 (dua) desa, yaitu Desa Bandang Laok dan Desa Batokorogan. Berbagai spanduk dan papan peringatan dipasang di berbagai sudut jalan desa. Pesta rakyat pun digelar. Seluruh warga tumplek blek di lapangan merayakan deklarasi ODF. Berbagai pertunjukan seni disajikan, yaitu musik hadrah, gambus dan pencak silat dari Perguruan Setia Hati Terate. Begitu juga diceritakan pengalaman perjalanan masyarakat menuju ODF desa. Bahkan warga menciptakan lagu berjudul “Bandang Laok ODF”. Syair lagu adalah sebagai berikut :
“BANDANG LAOK ODF”
*Bertujuan mengembangkan
Menyehatkan masyarakat
Masyarakat Bandang Laok
Dusun Longkak dan Baktalbak
Dusun Mangar dan Sereseh
Open Defecation Free
Reff : Kesehatan masyarakat
Terpenting dan terutama
Untuk kejayaan kita
Sehat dalam beribadah
Ikuti peraturannya
Program SToPS CLTS
Undang-undang pemerintah
Untuk kesehatan kita (kembali ke *)
Wahai muslimin dan muslimat
Jika kau ingin selamat
Menjadi umat yang sehat
Benar dalam berprilaku

Sayang sekali dr. Fachrurozy, Kadinkes Bangkalan yang ditunggu-tunggu warga datang terlambat. Di tengah acara, di saat warga menunggu kedatangan beliau, hujan turun deras sekali. Media yang diundang juga batal datang, karena meliput peristiwa pembunuhan di Kec. Kamal. Tetapi dengan penuh semangat, mereka tetap melangsungkan acara. Kadinkes beserta rombongan pun datang. Tibalah acara pembacaan naskah deklarasi yang rencananya akan dibacakan oleh Samsul (beliau adalah seorang yang cacat kaki, tetapi tidak mengurangi semangatnya untuk menjadi promotor). Sayang sekali pada saat yang sama listrik padam, mikrophone pun tidak berfungsi. Dengan penuh semangat seluruh warga membaca naskah deklarasi secara bersama-sama :
KAMI, WARGA DESA BANDANG LAOK MENYATAKAN TELAH BEBAS DARI ATAEH DI SEMBARANG TEMPAT. JIKA KAMI MELANGGAR PERATURAN KAMI SIAP DIKENAKAN SANKSI APAPUN
BANDANG LAOK, 9 JUNI 2008
Seluruh undangan dan warga bertepuk tangan. Kadinkes terpaksa turun dari panggung dan menuju ke arah tenda warga. Beliau langsung naik ke atas meja agar seluruh warga bisa mendengar pidatonya. Beliau bangga pada masyarakat. Masyarakat terbukti mampu berubah. Hal ini mengejutkan banyak pihak. Beliau berjanji pada warga, jika nanti ada program ataupun proyek akan diprioritaskan untuk warga Desa Bandang Laok.  Keterkejutan juga dialami jajaran Muspika Kec. Kokop. Mereka yang selama ini tidak pernah dilibatkan, tiba-tiba mendapat kabar menggembirakan mengenai ODF desa tersebut.
Pembacaan Ikrar Deklarasi
Acara pun usai. Di jalan depan lapangan tersebut tampak spanduk bertuliskan “KAMI WARGA BANDANG LAOK BERHASIL MEMBANGUN 446 UNIT JAMBAN DALAM WAKTU 30 HARI TANPA SUBSIDI DARI PEMERINTAH”. Hari itu merupakan titik balik warga Desa Bandang Laok menuju hidup baru. Hidup yang bersih, sehat dan nyaman. Mereka berhasil meyakinkan semua pihak bahwa mereka mampu. Image masyarakat terbelakang pun seketika tumbang. Mereka bangga atas hasil yang mereka peroleh. Masyarakat Desa Bandang Laok mampu membangunkan banyak pihak dari tidur panjangnya.
Program SToPS berhasil membuktikan diri mampu menjembatani masyarakat menuju kualitas hidup yang lebih baik. Gebrakan masyarakat Desa Bandang Laok merupakan salah satu reward bagi program dan para pelaku program, sekalipun selama ini Program SToPS dianggap melawan arus oleh banyak pihak.

RESEP KEBERHASILAN DESA BANDANG LAOK
1.        Puskesmas membentuk tim fasilitator yang tangguh. Tim ini beranggotakan Kepala Puskesmas (dr. Zainal Abidin, 08123133403) dan semua Bidan desa di Kec. Kokop (13 orang bidan)
2.        Tim ini melakukan pemicuan, monitoring dan verifikasi ODF secara door to door setiap 3 hari sekali. Setiap kegiatan diikuti oleh semua anggota tim
3.        Jika ada permasalahan, Kades langsung turun tangan, juga Kepala Puskesmas
Pasukan Huru Hara Desa Bandang Laok
4.        Bidan Dwining (Bidan Desa Bandang Laok, 081331411357) merupakan seseorang yang berdedikasi tinggi, tidak mudah putus asa dan selalu menyiapkan alternatif solusi dan terobosan
5.        Dr. Zainal Abidin selaku Kepala Puskesmas sejak lama memiliki meanisme reward. Posyandu yang berhasil maupun yang tidak mendapatkan apresiasi berupa reward & punishment
6.        Dr. Zainal memiliki hubungan yang baik dengan seluruh anggota Muspika (meskipun Muspika tidak dilibatkan)
7.        Semangat dan dedikasi yang tinggi semua anggota tim dalam memajukan masyarakat
8.        Natural leader dan masyarakat yang mempunyai semangat yang tinggi untuk berubah dengan cepat meskipun banyak hambatan yang mereka temui.
9.        Monitoring yang dilakukan secara gencar dan terus-menerus (door to door) ditunjang verifikasi ODF
10.    Budaya gotong-royong yang masih kental
11.    Adanya tokoh panutan di masyarakat
12.    Wabah polio yang pernah melanda warga desa.
13.    Sanksi sosial yang diberlakukan warga (sebutan “VIRUS”)
14.    Kerjasama yang kuat antara kader, masyarakat, TOGA, TOMA, perangkat desa, tim fasilitator kecamatan dan Bidan Desa.
15.    Image negatif yang selama ini disandang masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar