Kamis, 05 September 2013

STBM Baru Lahir Di Bali



Judul diatas mungkin terkesan sedikit aneh mengingat semakin banyaknya penggiat STBM di Indonesia. Di propinsi lain, misalnya Jatim dan NTB mungkin nama CLTS jauh lebih populer dibandingkan dengan nama STBM itu sendiri. Di Bali, CLTS dan STBM benar-benar merupakan “barang baru” bagi sanitarian dan Dinas Kesehatan.  Beberapa orang sanitarian, pernah memperoleh informasi mengenai pendekatan CLTS pada tahun 2006. Tetapi untuk selanjutnya informasi tersebut menempati layer paling bawah dalam ingatan mereka. Hal ini disebabkan tidak adanya payung hukum yang sifatnya mengikat dan tidak ada tindak lanjut pasca sosialisasi CLTS tahun 2006.
STBM dikenal di Bali pada pertengahan tahun 2011. Diawali dengan kegiatan sosialisasi STBM pada bulan Oktober 2011 yang dilanjutkan dengan 3 tahap kegiatan pelatihan fasilitator dan ToT STBM tingkat propinsi.
Tabel 1. Kegiatan Pelatihan Fasilitator dan ToT STBM Prop. Bali
TANGGAL
KEGIATAN
JUMLAH
UNSUR
15-18 Oktober 2011
Pelatihan Fasilitator Kab. Badung
25 orang
Dinkes kabupaten (PL dan Promkes), TP PKK, sanitarian, petugas promkes Puskesmas, perangkat desa, kader, Universitas Udayana, LSM Balifokus, Poltekkes Denpasar
24-27 Oktober 2011
Pelatihan Fasilitator Kab. Bangli dan Karangasem
20 orang
Dinkes kabupaten (PL dan Promkes), TP PKK, sanitarian, petugas promkes Puskesmas, perangkat desa, kader
28 Oktober – Desember 2011
ToT STBM tingkat Propinsi
58 orang
Seksi PL Dinkes Kabupaten, Sanitarian, stakeholder propinsi (Promkes, BLH, Diknas, PKK)

Saat ini fasilitator STBM tersebar di 9 kab/kota di Bali. Dinas Kesehatan Prop. Bali mempunyai misi meningkatkan pengetahuan dan keterampilan memicu pada  115 petugas Puskesmas se-Propinsi Bali. Pelatihan fasilitator akan dilaksanakan pada tahun 2012 dengan target 80 desa dipicu. Refresh fasilitator dialokasikan untuk meningkatkan kapasitas fasilitator terlatih dan meningkatkan kualitas pemicuan. Hingga saat ini pemicuan sudah dilaksanakan di 8 komunitas dan 6 SD.


Pelatihan Fasilitator Kab. Bangli & Karangasem 24-27 Nov 2011



Tantangan yang dihadapi dalam implementasi STBM di Bali yaitu :
a.         Kelembagan Pokja AMPL propinsi yang masih lemah
b.        Informasi mengenai STBM belum ditangkap secara menyeluruh di tingkat Puskesmas
c.         Minimnya anggaran sanitasi kabupaten

Potensi yang ada di Bali yaitu :
a.       Komitmen yang tinggi dari Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinkes Kabupaten untuk akselerasi pencapaian target MDG’s
b.      Ikatan antar warga dengan banjar yang kuat
c.       Kultur masyarakat yang homogen dengan konsep nilai dan adat yang mengakar kuat
d.      Organisasi sosial kemasyarakatan, media lokal, LSM dan kalangan akademisi yang siap menjadi penggiat STBM
e.      Desa tradisional (Misal : Desa Panglipuran, Kab. Bangli) sebagai contoh desa dengan tatanan adat dan masyarakat yang menerapkan PHBS

Desa Panglipuran Kab. Bangli

Tentunya dengan mengoptimalkan segenap potensi yang ada, tantangan yang dihadapi akan terjawab. Dan Bali siap mengejar ketertinggalannya. Kapan STBM harus dilaksanakan ? Sekarang juga ! 

0 komentar:

Posting Komentar